Jakarta, Korantalk -- Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi yang saat ini dijual oleh PT Pertamina (Persero) bukan merupakan harga pasar.
Pasalnya, pemerintah menggelontorkan anggaran subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp551,2 triliun sepanjang 2022.
"Harga BBM bersubsidi yang ada di pasaran bisa segitu karena ada subsidi Rp552 triliun. Jadi kita bisa bilang belum harga pasar untuk BBM subsidi," ujarnya dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi media di Kementerian Keuangan, Jumat (6/1).
Suahasil menambahkan harga minyak dunia saat ini memang turun ke level sekitar US$79 per barel, tetapi pemerintah masih tetap harus menanggung subsidi untuk menutupi selisih harga. Pasalnya, asumsi dasar harga patokan minyak mentah Indonesia (ICP) di APBN 2022 adalahh US$63 per barel.
Sementara itu, Pertamina telah menurunkan harga BBM jenis Pertamax dari Rp13.900 per liter menjadi Rp12.800 per liter. Penurunan harga berlaku mulai Selasa (3/1) pukul 14.00 WIB.
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut penurunan harga Pertamax dilakukan setelah harga minyak dunia yang saat perang Rusia dan Ukraina melesat ke atas US$100 per barel, kini turun jadi US$79 per barel.
"Sekarang harga minyak dunia turun ke US$79. Karena itu akhir tahun baru kemarin kita 3 menteri, Menkeu, Menteri ESDM, saya, memproyeksikan harga BBM yang pasar, bukan yang dibantu pemerintah, salah satunya Pertamax diputuskan harga turun," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan harga Pertalite dan Solar tidak turun karena pemerintah sudah menggelontorkan subsidi besar untuk Pertalite.
"Khusus Solar dan Pertalite harganya tetap. Kenapa, karena ini yang disubsidi pemerintah dan besar sekali subsidinya," katanya.