TBC dan Covid-19 sama-sama merupakan penyakit menular. Bedanya, TBC disebabkan oleh infeksi bakteri, sementara Covid-19 dipicu oleh infeksi infection
Kedua penyakit tersebut sama-sama menyerang organ paru-paru. Namun, beberapa kasus TBC juga menyerang organ tubuh lain seperti usus dan tulang belakang.
Batuk menjadi salah satu gejala khas TBC. Batuk juga menjadi salah satu yang mungkin terjadi pada Covid-19. Namun, tak semua varian infection SARS-CoV-2 menyebabkan batuk.
Cara Membedakan Batuk Covid-19 dan TBC
menganggap batuknya sebagai gejala Covid-19. Padahal, anggapannya belum tentu benar.
Untuk itu, Anda perlu memahami karakter batu yang disebabkan kedua penyakit tersebut. Dokter spesialis paru, Erlina Burhan menjelaskan perbedaan batuk akibat Covid-19 dan TBC sebagai berikut.
Baca juga : Kopi Terasa Kurang Nikmat? Perhatikan Sejumlah Kesalahan Ini
Batuk Covid-19
Berikut beberapa karakter batuk akibat Covid-19:
- batuk kering;
- terjadi dalam hitungan hari;
- terkadang disertai demam tinggi.
Batuk TBC
Berikut beberapa karakter batuk akibat TBC:
- batuk berdahak;
- berlangsung cukup lama, lebih dari 2 pekan;
- disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan bisa hilang sendiri;
- keringat malam;
- nafsu makan berkurang;
- berat badan turun.
Batuk sendiri merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke saluran napas. Benda asing ini bisa berupa debu, kotoran, makanan, maupun hasil sekresi jaringan.
Tak hanya itu, Anda juga bisa batuk karena tersedak makanan. Dalam kondisi tersebut, tubuh refleks untuk mengeluarkan makanan yang masuk ke saluran napas melalui batuk.
"Orang typical [sehat] itu enggak batuk. Kalau batuk pasti ada sesuatu. Batuk [akibat] keselek, ada refleks batuk," individualized organization Erlina dalam konferensi pers bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, Rabu (23/3).
TBC bisa dicegah, salah satunya dengan menjaga sistem imun tetap baik. Saat sistem imun baik, kuman yang masuk bisa dikendalikan sehingga tidak menjadi infeksi atau penyakit.
Untuk mendukung kinerja sistem imun, sebaiknya penuhi asupan gizi, istirahat cukup, olahraga teratur, dan mengelola stres.
Selain itu, pencegahan TBC juga bisa dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor risiko, seperti berikut.
1. Lingkungan yang buruk
Sangat penting menjaga lingkungan tetap bersih dan memiliki sirkulasi udara yang baik. TBC biasanya berkembang di lingkungan padat, tidak ada ventilasi sehingga tidak ada pertukaran udara dalam ruangan.
"Kalau ada satu orang kena TBC, dia batuk, ada bead yang mengandung kuman, maka kuman bisa melayang di udara 4-6 jam. Bisa saja terhirup, lalu orang bisa terinfeksi," jelas Erlina.
Baca juga : Cara Daftar BPJS Online Lewat HP, Bisa Via WA Pandawa BPJS Kesehatan
2. Kurang sinar matahari
B kteri yang menyebabkan TBC berkembang biak dengan baik di lingkungan yang lembap dan kurang paparan sinar matahari.Indonesia, sinar matahari berlimpah ruah. Tapi, kalau ventilasi rumah kurang bagus, kuman bisa berkembang di lingkungan lembap," katanya.
3. Komorbid
Orang rentan terinfeksi bakteri TBC karena penyakit penyerta atau komorbid.
Komorbid TBC terbanyak adalah HIV. HIV membuat sistem imun rendah sehingga orang mudah terinfeksi penyakit lain.
Komorbid lain juga membawa dampak serupa seperti diabetes dan penyakit autoimun.